Dalam setiap keluarga pasti ada anak "malaikat" dan anak "setan" kenapa bisa ada 2 sosok yang berbeda dari dapur yg sama? well itu karakterisitk namanya,,,
di dalam keluarga saya berperan sebagai si anak "malaikat" yang selalu nurut dengan perintah orang tua, karena nurut adalah nilai agung yang tak terbantahkan walaupun itu berisiko menjadi muna, tapi itu sudah tidak penting lagi,,, tapi sebagai anak "malaikat" ternyata saya tidak bisa membuat saudara saya menjadi anak "malaikat" seperti saya, dia malah menjadi anak "setan" yang memilih dan memiliki kebebasan, sebagai manusia normal saya merasa iri bukan main, tapi saya mulai berpikir mungkin saya salah mengartikan nilai menghormati orang tua, adik saya memilih cara yang berbeda untuk menghormati orang tua.
Atau mungkin saya saja yang tidak punya nyali,,,